Malam Minggu kemarin saya mendapat 1 pelajaran yg berharga. Bahwa ternyata cinta itu sama sekali gak buta. Tapi cinta justru bisa membutakan manusia yg sedang merasakan kenikmatannya.

Adalah Mr. A yang membuat saya akhirnya mengambil kesimpulan tsb. Bukan dg sengaja tentunya, secara dia sama sekali gak tahu apa2. Tapi setelah beberapa kali mendengar kisah cintanya, juga melihat lsg apa yg saat itu terjadi di depan mata, akhirnya sampailah saya ke dalam kesimpulan itu.

Saya tahu kok, memang gak mudah menyejajarkan hati & logika. Sama gak mudahnya spt berdamai dg keadaan yg menuntut kita utk gak lagi terbuka. Tapi keadaan Mr. A yg terlihat kacau ketika 'terpaksa' berhadapan lsg dg Ms. D, membuat saya akhirnya bertanya sendiri. Haruskah cinta masa lalu itu hadir kembali, atau justru ia sebenarnya memang gak pernah pergi?

Oke, saya memang sengaja gak ingin mencari siapa yg bersalah di sini. Karena saya sadar, keadaanlah yg menuntut mereka utk melalui jalan itu. Jalan terbaik yg telah mereka pilih. Tapi kalau sdh begini, mana yg sebenarnya harus lebih didahulukan? Hatikah...dg indahnya harapan ttg masa depan, atau justru logika utk mempertahankan rumah tangga?

Saya rasa hanya mereka berdua yg bisa menjawabnya. Sedangkan saya cuma dpt mengikuti perkembangannya. Sambil mendoakan yg terbaik utk mereka tentunya...