SaaT DiA TaK aDa

Aku menangis pada hari ke tiga sejak kepergiannya,
yang tinggalkan lengang panjang dalam hidupku
Mencipta geming dalam hangatnya air mata,
rasakan perih hatiku yang seakan berbatu

Mungkin ini karmaku,
pernah tinggalkan dirinya dulu
Yang buatnya terseok tertatih mengejarku di teras belakang rumahnya...
gawang cinta aku dan dia,
tempat dimana kita selalu bersama
Menatap hamparan bunga yang sembunyi di ballik pepohonan,
menghitung kerlipan bintang yang menyapa,
dan tersenyum pada arakan awan yang berlalu

Anganku pernah berkata,
bukan pekerjaan sulit untuk lupakannya
Tapi saat kuintip jendela hatiku,
kutemukan perih itu
Mencabik. Menyayat. Bahkan mengakar kuat di sana.
Hingga tanpa sadar kesedihan mulai membelenggu,
dan yakinkanku untuk sungkam di hadapnya

Namun aku ragu
Aku tak mau sampai begitu
Ah... bingung



Jakarta, 2 September 2008

2 comments:

M.K. Dilaga mengatakan...

Wuih udah jadi penyair rupanya...

eRniTa GaYaTRi mengatakan...

Belum kok Mbah Kuntet, masih belajar nih...

Jejak Langkah