Elegi Pagi
tibatiba dia menyapaku pada suatu pagi
saat mentari lagilagi menyembunyikan diri
di balik gumpalan awan yang menghitam dan terdiam muram
langkahku berkalikali terantuk
mendengar suaranya yang berubah sendu
tidak lagi melagu seperti dulu dia merayuku
“dia menghempas rindu yang pernah kutitipkan dulu,”
begitu katanya dengan nada pilu
aku terpana dengan kepala yang dipenuhi ribuan cerita
tentang masa dimana dia kerap membakar sepiku
dengan kelakar yang membuat senyumku melebar
tapi kini, semua seolah berputar
ada saat hujan itu mengalir dari mata seorang lelaki
ketika ucap tidak lagi penuh makna,
dan caci tidak lagi dapat terkata
jkt, 05.12.08
14.25
|
Labels: puisi, cerita, curhat
puisi
|
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
- aDiT
- iin cHaN
- TaTi-Tu
- uWee
- aLLiNda
- MeNni labs
- opee IPL
- GendiS IPL
- JakSkuL
- FaRaH jakskul
- oLLie jakskul
- BiLLy jakskul
- BiLLy jakskul - cerpen
- NiNa jakskul
- Bersambung...
- DeaR fRienD wiTh LoVe - nOveL bLoG
- novel blog
- oM Yo PaSar maLam
- DiMas NoVRiaNdi
- oLiVia
- Ayu
- Agus Noor
- DayDeh
- eTi k.com
- BaMby k.com
- MaS HaR k.com
- Pringadi k.com
- Lajang Menikah
- MSB
- raditya dika
- Okke sepatu merah
- eScoReT
- ReTriRa
- aNanKTo
- Fai
- Omiyan
- OrangeFloat
- Keping Hidup
- FeLiciTy
- BP
- Masdeewee Yuuk
- ennthewee'74
- Gooo...!!! Blog......
- Coretan Si Anak Mami
- wi3nda
- Blog Aneh Banget (BAB)
- ReNdjaNa
- BaiR
- GaGaS MediA
- Bukune
- Wana Widya Wisata
2 comments:
kok aku melihat keputusasaan...
semoga itu bukan tentang kamu.
hehehe!
ups, mas har...
bukan komentar ttg "isi" yg aku minta sbnrnya, tp ttg "teknik"
ehehehe ;p
Posting Komentar