Elegi Pagi

tibatiba dia menyapaku pada suatu pagi
saat mentari lagilagi menyembunyikan diri
di balik gumpalan awan yang menghitam dan terdiam muram

langkahku berkalikali terantuk
mendengar suaranya yang berubah sendu
tidak lagi melagu seperti dulu dia merayuku

“dia menghempas rindu yang pernah kutitipkan dulu,”
begitu katanya dengan nada pilu

aku terpana dengan kepala yang dipenuhi ribuan cerita
tentang masa dimana dia kerap membakar sepiku
dengan kelakar yang membuat senyumku melebar

tapi kini, semua seolah berputar
ada saat hujan itu mengalir dari mata seorang lelaki
ketika ucap tidak lagi penuh makna,
dan caci tidak lagi dapat terkata

jkt, 05.12.08

2 comments:

bungabambu mengatakan...

kok aku melihat keputusasaan...
semoga itu bukan tentang kamu.
hehehe!

eRniTa GaYaTRi mengatakan...

ups, mas har...
bukan komentar ttg "isi" yg aku minta sbnrnya, tp ttg "teknik"
ehehehe ;p

Jejak Langkah