Gw ngerasa Indonesia mulai bisa disamain sama Jepang. Bukan dalam hal kemajuan teknologi atau perekonomiannya tentu aja, tapi justru dalam hal seringnya terjadi bencana gempa.

Menurut hasil googling pagi tadi, gempa terjadi akibat adanya keragaman muka bumi yang dipengaruhi oleh adanya gerakan2 di kerak bumi, baik gerakan mendatar maupun gerakan tegak. Gerakan2 tersebut mengakibatkan terjadinya perubahan bentuk yang menghasilkan pola baru yang disebut struktur diastropik. Bentuk baru yang termasuk dalam struktur diastropik adalah pelengkungan, pelipatan, patahan, dan retakan.

Nah, berhubung Indonesia adalah salah satu negara yang sering terkena gempa karena bergesernya lempeng2 bumi itu, sudah seharusnya masyarakat di sini mendapat pelatihan penanganan bencana alam...khususnya gempa bumi. Tujuan utamanya bukan untuk menjadi bagian dari tim SAR untuk menolong orang banyak, tapi minimal bisa untuk menyelamatkan dirinya sendiri saat terjadi gempa.

Kayak kemarin sore aja contohnya. Gempa bumi yang berpusat di Samudra Hindia yang menghancurkan sebagian besar wilayah Jawa Barat sekitar jam 3 sore, membuat banyak orang panik gak karuan. Bukan aja yang di rumah, tapi juga yang berada di gedung2 bertingkat di seluruh Jakarta!

Agak aneh menurut gw, karena udah seharusnya orang yang bekerja di gedung2 tinggi kayak gitu mendapat pelatihan HSE dari kantornya masing2. Makanya yang gw tau, gak sedikit gedung2 bertingkat di Jakarta yang menerapkan pelatihan fire drill yang harus diikuti oleh seluruh karyawan yang berkantor di gedung itu. Kayak waktu gw kerja di Sudirman tahun lalu aja deh contohnya. Pas awal2 gw masuk situ, gw udah di-trainning sama HSE manager mengenai tindakan apa aja yang harus dilakukan saat berada dalam keadaan gawat. Dan beberapa bulan setelah itu, gedung gw mengadakan fire drill yang mengharuskan kita semua mengikuti pelatihan itu di tengah kesibukan kerja kita. Seru pastinya, secara gw 'cuma' terpaksa turun lewat tangga darurat dari lantai 6.

Makanya pas gempa kemarin gw pengin banget mengikuti prosedur yang pernah gw dapet dulu. Lumayan kan bisa bagi2 ilmu di kantor baru. Cumaaaaaa, begitu melihat kepanikan temen2 gw -yg dibarengi dengan kepanikan orang2 dr kantor lain yang selantai sm kantor gw- alhasil buyar semua deh isi kepala. Apalagi saat itu gw melihat Artedi, geologist kantor yang biasanya lempeng abis alias jarang berekspresi, berteriak sambil menyuruh orang2 sekantor keluar dengan muka tegang.

"Earthquake, out...out...out," begitu katanya sambil membuka pintu keluar lebar2.

Gw n Namira yang saat itu sempat jongkok di bawah meja, spontan langsung keluar setelah sebelumnya sempat mengambil tas masing2. Lalu dengan gerakan yang terburu2 karena ditarik sama Mbak Ossy, akhirnya gw turun lewat tangga darurat. Lumayan lho rasanya, secara kantor gw ada di lantai 28 aja gitu :D

Saat itu yang ada di kepala gw -dan pastinya ada di kepala semua orang juga- adalah keluar dari gedung secepatnya. Makanya gak gw rasain langkah kaki yang serasa melayang, badan yang serasa limbung karena senggol2an dengan banyak orang selama di tangga darurat itu, juga jari2 kaki yang serasa cenut2 karena terlalu sering diinjak oleh sepatu2 berhak tinggi. Maklum aja, saat itu gw lagi pake sendal teplek, jadi jari2 kaki ya pastinya saling bertatapan ;p

Dan akibat dari 'semangat' kemarin, hari ini gw lihat orang2 1 gedung jalannya jadi pada aneh. Agak tertatih dengan langkah yang terseret2 :D

Gw pikir cuma gw doang yang kakinya berasa mau copot, ternyata semua juga ngerasain... Dan kalo udah begini baru deh gw merasa fitness gak ada apa2nya, secara turun tangga 10 menit berasa treadmill sejam...