PeRMaiNan MaSa KeciL
Gara2 melihat anaknya keranjingan main game elektronik, seorang teman akhirnya mengeluh ke gw. Walau awalnya dia memang sengaja membelikan permainan itu supaya sang anak bisa lebih kreatif, toh akhirnya dia menyesal saat menyadari anaknya gak bisa melepaskan permainan itu. Bahkan aturan2 yang sudah dia dan suaminya buat pun, 'terpaksa' dilanggar oleh si anak yang baru berumur 6 tahunan. Seperti jadwal tidur siang maupun belajar setiap jam 7 malam, misalnya.
Cerita ini sebenarnya bukan yang pertama yang gw dengar. Karena di waktu lain, salah seorang tante gw pun mengeluhkan hal yang sama. Arsa, anak semata wayangnya yang saat ini berumur 8 tahunan, gak bisa melepaskan dirinya dari permainan2 elektronik. Bahkan kalau diperhatikan lebih teliti, waktu bermainnya jauh lebih banyak dibanding waktu untuk belajar.
Well, akhirnya gw jadi mikir; mungkin ini ya tantangan terbesar menjadi seorang ibu pada masa sekarang, dimana dunia elektronik mulai merambah ke semua penjuru...gak terkecuali permainan anak2. Walau sebenarnya ini bukan hal baru, tapi gw merasa gagap teknologi baru benar2 berkembang beberapa tahun terakhir ini. Padahal coba deh diingat2, sebelum Play Station mulai marak seperti sekarang...ada Nitendo dan Sega sebagai pendahulunya. Semua alat itu juga bisa membuat anak2 keranjingan kan? Tapi kenapa baru sekarang mereka seperti terisolasi di dunianya sendiri saat berhadapan dengan alat permainan itu? Apa karena permainan tradisional sudah mulai dilupakan?
Padahal kalau menurut gw, permainan tradisional itu lebih 'berguna' buat anak2 lho dibanding permainan modern begitu. Coba aja diingat2, mana ada sih permainan tradisional yang dimainkan secara individu? Hampir semua permainan itu mengandalkan kelompok untuk memainkannya kan? Nah, justru sebenarnya hal itu yang membuat mereka kreatif. Karena dengan begitu kan mereka bisa belajar untuk menjadi pemimpin, atau malah belajar untuk bisa dipimpin oleh orang lain. Selain itu mereka juga bisa belajar berbagi, belajar bertoleransi, juga belajar untuk menjadi seorang yang sportif alias mau mengakui kekalahannya.
Kayak gw dulu aja deh contohnya. Karena lebih senang berkumpul dengan teman2 cowok, akhirnya gw jadi senang banget deh main petak umpet, tak jongkok, bentengan, tepok nyamuk, main karet, kuda tomplok, juga batu tujuh sama mereka. Gak gw peduliin sinar matahari yang membuat kulit gw menghitam sempurna, seperti juga gak gw peduliin luka2 yang (akhirnya) terpaksa tercipta di kulit gw karena terlalu sering beradu dengan aspal jalan maupun benda2 keras yang ada di sekitar. Pokoknya fun banget deh...
Makanya sejujurnya gw heran melihat perubahan kesukaan anak sekarang. Kenapa mereka lebih senang dengan permainan yang 'individualis' gitu ya? Apa ini awal mula terbentuknya generasi masa depan yang egois dan enggan bersosialisasi dengan sesama?
14.37
|
Labels: puisi, cerita, curhat
cerita
|
- aDiT
- iin cHaN
- TaTi-Tu
- uWee
- aLLiNda
- MeNni labs
- opee IPL
- GendiS IPL
- JakSkuL
- FaRaH jakskul
- oLLie jakskul
- BiLLy jakskul
- BiLLy jakskul - cerpen
- NiNa jakskul
- Bersambung...
- DeaR fRienD wiTh LoVe - nOveL bLoG
- novel blog
- oM Yo PaSar maLam
- DiMas NoVRiaNdi
- oLiVia
- Ayu
- Agus Noor
- DayDeh
- eTi k.com
- BaMby k.com
- MaS HaR k.com
- Pringadi k.com
- Lajang Menikah
- MSB
- raditya dika
- Okke sepatu merah
- eScoReT
- ReTriRa
- aNanKTo
- Fai
- Omiyan
- OrangeFloat
- Keping Hidup
- FeLiciTy
- BP
- Masdeewee Yuuk
- ennthewee'74
- Gooo...!!! Blog......
- Coretan Si Anak Mami
- wi3nda
- Blog Aneh Banget (BAB)
- ReNdjaNa
- BaiR
- GaGaS MediA
- Bukune
- Wana Widya Wisata
0 comments:
Posting Komentar